Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2008

Ketika hatiku berbisik di Bale Kambang

Aku tak mengerti apa artinya berjuta buih itu Yang aku mengerti ia selalu memanggilmu Kadang mendayu-dayu, kadang berteriak Semakin menjauhkanku dari kesetiaan yang semestinya Keadaan semakin sepi saja bagiku Sesepi bisikan karang yang sendirian di Ismoyo Diatasnya tetap berdiri Pura sembahyangan dengan tegak dan Indah Seakan ingin tetap menjaga kesetiannya pada laut Pulau Anoman yang tanpa jembatan seperti menawarkanku 3 pilihan Setia pada janji (tetap berdiri disana) yang kubuat sendiri Atau aku kembali menemuimu, menemui kebebasanku Tanpa jembatan karena telah kuruntuhkan sendiri (karena kebodohanku) Atau sekalian kulakukan, kupilih cara kematianku disini Seputih buih itu, sebanyak pasir itu Seteguh karang itu Mungkin ini cintaku adalah saat aku bisa menyentuh lembut dan merasakan dinginnya adalah saat aku bisa berdiri dan berteriak diatasnya Itulah kebahagianku Tapi keadaan kini telah membuat aku berdiri sendirian Di pulau wisanggeni tanpa jembatan Andai... Aku bisa membelah rembul

Inilah Cintaku

Ada titik Kemudian kutarik melengkung menjadi rembulan Kuikatkan pita kupu-kupu Kupersembahkan untukmu Huble bilang semesta ini pda awalnya titik Begitu juga cintaku Kemudian menjadi garis Kemudian kuberi warna Kemudian menjadi bunga Kupersembahkan untukmu Adalah terus menaik, mendekatimu Sampai limit tak tentu Tapi tak pernah menyentuh Itulah cintaku, padamu Biarkan begini, cintaku, Sebuah titik yang bebas akan kujadikan apa Terserah moodku… Malang, Juli 2008