Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Ngapalin Tempat2 Wisata Jalur Malang - Jombang

Gambar
> Minggu ini (21 Nop 2010) adalah minggu ke tiga saya mengikuti kuliah program akta di STAIBU Tambak Beras Jombang. Tapi minggu ke empat mungkin perjalanan saya Malang-Jombang melewati Batu, kab. Malang dan Kediri. Salah satu yang membuat saya suka berangkat kuliah adalah perjalanan ini, melewati kota batu yang penuh dengan panorama, terutama Payung dengan pemandangan villa-villa songgoriti di bawahnya, dan hutan-hutan, tebing, sungai dkk yang tidak bisa saya temui tiap hari di Malang. Berangkat kuliah, sekaligus bisa menjadi refreshing buat saya, walaupun hanya melewati saja tanpa berhenti. Dulu, sebe lum saya terbiasa bolak-balik Malang - Jombang, Batu itu sungguh terasa jauh sekali, masih ingat ketika salah satu temen chat dari Batu ngajak ketemuan di alun-alun kota batu, tapi saya gak bisa karena saya blang terlalu jauh. Tapi setelah beberapa kali saja melakukan perjalanan ke Jombang, Batu jadi terasa sangat deket, terlalu deket bahkan. Dan ini ternyata mampu merubah paradigm

Ngelamar Kerja

Kamis, 14 Oktober 2010, bertepatan dengan hari ulang tahun saya, saya pergi ke Surabaya berdasarkan informasi dari sahabat saya, Doni, untuk ngirimin lamaran ke IN, perusahaan yang bekerjasama dengan tel*** dan tel****** dalam penyediaan SDM call center bagi dua perusahaan telekomunikasi tsb, Doni sendiri sudah karyawan di call center 1xx tel****** sejak sekitar 10 bulanan yang lalu. Saya berangkat sekitar pukul 8an, dalam perjalanan menuju Surabaya, di bus, saya merasa benar-benar melankolis. Saya duduk disamping jendela, melalui jendela Bus, saya memandangi pohon-pohon yang seakan berjalan ke belakang, sawah, rumah, pengamen, anak2 jalanan, semua seperti berjalan menjauh/ meninggalkan saya, bahkan saya merasa terperosok ke masa lalu saat video di samping supir memutarkan lagu “Rembulan Malam”nya Evie Tamala. Sampai sekitar lawang kira-kira, ada seorang perempuan, gadis, berjilbab, naik. Saya sempat memperhatikan dia karena dia datang dari arah depan saya dan tingkahnya yang mena

kuliah Perdana (bag 2)

Begitulah kira-kira pelajaran pertama yang saya terima dari perkuliahan perdana kemaren, Ahad, 17 Oktober 2010. Ternyata, dosen yang awalnya saya kira nyebelin itu menyenangkan juga. Walaupun memang sebenernya sedikit banyak saya sudah mengetahui bahan yang diajarkannya (dari buku-buku Bobby De Potter; Quantum Learning dan Quantum Teaching dan buku2 Hernowo atau buku pendidikan lain), tapi saya benar-benar mengagumi pengalamannya. Selain pelajaran yang disederhanakan tersebut, beliau juga menjelaskan type-type murid/ pembelajar dalam menerima pelajaran dengan kalimat2 sederhana juga. Ada 4 type, katanya, yaitu “Quick to understand, quick to forget!” “Quick tu understand, slow tu forget!” “Slow to understand, quick to forget!” saya ngikik, terbayang orang yang macam gini. “dan terakhir, Slow to understand, slow to forget!” kemudian, beliaupun menjelaskannya satu persatu, termasuk penyebab-penyebabnya (hanya sayang, belum dijelaskan solusinya, membuat hal itu menjadi beban pikira

Kuliah Perdana (pengalaman kuliah lagi)

Gambar
“Oke! saya ingin tau sejauh mana kalian memperhatikan dan menururti (mengikuti) perintah saya. Ayo! Silahkan Tulis!” kata pak “X” (saya lupa namanya) Dosen Ilmu Jiwa memulai perkuliahan, padahal kenalanpun belum. Saya segera mengambil kertas dan Ballpoint. Saya pikir ini dosen pasti bakal nyebelin. “(1)Tulis tiga bilangan berbeda, dimana bilangan ketiga, lebih besar dari bilangan pertama!” perintahnya, sayapun menulis 7 5 3. “Sudah?!” tanyanya, “Sudaaahh…!” “Baik, sekarang, (2) balik/tukar posisi bilangan pertama dan ketiga!” lanjutnya. Halah…. Saya sudah nebak. Ini permainan angka yang pernah saya baca di buku Sulap kelas 1 SMA dulu, dan pernah juga dipake Dedy Corbuizer untuk sulapnya melalui TV. Prinsipnya, berapapun bilangan (atau angka lebih tepatnya) yang anda tulis, jika mengikuti langkah-langkan yang sudah ditentukan tersebut, kamu akan dapetin satu hasil yang sama, yaitu 1089. Pernah tau?! Baik, untuk menghilangkan penasaran anda, saya lanjutkan saja perintahnya, andapun b

"Bahasa Inggris: Pasif!"

Rata-rata, dalam sebuah lowongan kerja profesional (yang memerlukan kemampuan/ keterampilan pikiran, bukan otot) selalu disertakan kualifikasi memiliki kemampuan bahasa Inggris. Saya sendiri menyesal kenapa dulu nggakbener-bener serius mempelajari ilmu yang satu ini, ternyata bener kata senior2 dulu, "untuk kerja jaman sekarang, minimal harus punya dua kemampuan/ keterampilan, komputer dan bahasa Inggris! kalo udah punya 2 keterampilan itu, gampang deh!" dan saya dengan angkuhnya nggak percaya. Ternyata, penyesalan semacama itu (nggak bisa bahasa Inggris) bukan hanya dirasakan oleh saya. Banyak pelamar-pelamar kerja yang terbentur dengan kualifikasi/persyaratan yang satu ini. bukan hanya saat ngelamar kerja, tapi ngelamar beasiswa, ngelanjutin kuliah, persyaratan TOEFL selalu disertakan. Sekali lagi, saya nyesel.... Tapi, ada yang lucu saat kemaren saya ngelamar kerja dan pelamarnya buaanyaaakk banget. saat itu langusng walk interview. saya sendiri tidak tau kalo ternyata bah

Turun saat naik, Naik saat turun

Gambar
Ahad pagi, seperti orang frustasi saya pulang dari pasar, seperti biasa, sehabis sarapan segelas kopi dan gorengan. Entah kenapa, beberapa hari ini saya didekap rasa suntuk dan malas berlebihan, cucian numpuk, kamer berantakan dan bikin surat lamaran tidak juga kunjung saya kerjakan. Saya perlu refreshing saya pikir, menggerakkan otot dan otak yang kaku agar segar kembali, dan ntah tiba-tiba terfikir, Gunung Panderman. Kenapa Panderman?! karena saya suka pohon-pohon, saya suka udara segar, saya suka desau daun, saya suka hal-hal yang masih alami, sekalian ingin membayar perjalanan sebelumnya yang gak sampai puncak dan gak sempat diabadikan (jepret-jepret). Selain itu, dengan Rp 10.000 bisa bolak balik, pun tidak butuh waktu lama, pagi berangkat sore bisa pulang, mengingat setelah Asar ada tugas yang harus dikerjakan. Iseng saya sms salah satu temen, Mahya “Jonk, ayu ke Panderman, sekarang!” gak sampe semenit “Sek ntenono, aku mandi dulu yo?!” Eh, ternyata disambut. “Tenan a?” ak

“Misteri HP mati di Panderman”

Sabtu kemaren, tanggal 2 Juli 2010 saya ke Panderman, dan barangkali bermanfaat, saya ingin sharing tentang perjalanan selama lebih/kurang 9jam tersebut. Sambil menulis ini, saya mencoba mengesampingkan jauh-jauh fikiran saya yang terus saja berkata “sesuatu yang berarti buat kamu, belum tentu menarik buat mereka. Jadi untuk apa kamu membagi2kannya?!” Jujur, ini adalah perjalanan pertama saya ke Panderman, yang “keangkerannya” sudah saya dengar sejak saya kuliah di semester 2 dulu, dan sejak saat itu pula saya sudah “nyidam” pengen naik Panderman. Tapi tak ada kesempatan dan karena banyak alasan, baru kemaren kesampean. Dan saya, ke Panderman, sendirian. Untuk rutenya, singkat saja, dari pasar dinoyo saya naik LG terus turun di landungsari, dari landung saya naik “Puspa Indah” jurusan Jombang (Kediri juga bisa) terus turun pas di pertigaan depan gapura desa Srebet/ Pesanggrahan. Dari pesanggrahan, perjalanan seharusnya adalah jalan kaki (karna gada kendaraan umum lagi) menuju desa tera

Jangan Terlalu Jujur

Waktu saya masih semester 2, saya pernah naksir seorang gadis, Dian namanya. Dia anak pindahan dari Jakarta. Setelah masang susuk di 12 tempat strategis dalam tubuh akhirnya saya bisa juga kenal deket sama dia. Temen, waktu itu statusnya masih sebatas temen. (dan selamanyapun hanya bisa sebatas itu.) “Mbak, kenapa sih mau pindah ke Malang? Padahal di Jakarta kan lebih enak?” tanya saya. Waktu itu lagi kuliah Statistika. Dia sebenernya satu tingkat di atas saya, makanya saya panggil mbak. “So’alnya disini ada kamu…” Itulah jawaban yang saya harepin, tapi ternyata bukan. “Gak papa, mau cari suasana yang adem aja. Jakarta panas, macet, dan saya juga udah bosen di Jakarta terus.” “Oooooh…” “Mbak suka pelajaran statsitika?” tanya saya nyambung obrolan lagi, dan tanpa nunggu jawaban dari dia, saya mulai ceramah. “kalau aku sih gak suka! Semua pelajaran matematika aku gak suka. Apalagi statistika.” Terus, kenapa masuk Jurusan Matematika? saya nebak mbak Dian mikir gitu. “sebenernya aku gak ad

Misteri Malam Jum’at

Ini bukan tulisan horror, bukan juga ingin membahas film horror, justru sebaliknya, tulisan ini dimaksudkan sebagai upaya supaya kita dapat menghapus mindset malam jum’at sebagai malam yang horror.  Entah kapan awalnya malam jum’at bagi masyarakat Indonesia khusunya, dianggap sebagai malam yang benar-benar bikin parno, dihindari dan menjadi sepi. Karena pada kenyataannya, hantu gentayangan pada malam jum’at, pocong keluar dan jalan-jalan dari kubur pada malam jum’at, tuyul, genderwo, babi ngepet dan macam-macam jenis makhluk jejadian lainnya beraksi pada malam jum’at terutama jum’at kliwon, itu hanyalah hal yang dibuat-buat oleh kalangan tertentu.  Padahal justru sebaliknya bagi seorang muslim, malam jum’at dalam ajaran Islam adalah malam yang mulia, malam yang seharusnya diramaikan dan dihidupkan, karena jum’at, adalah sayyidul ayyam, rajanya hari, lebaran mingguannya kaum muslim, maka boleh dibilang, malam jum’at bukanlah malamnya para hantu, tapi malamnya para malaikat. Itu

Pendapat Saya Tentang Hari Kasih Sayang, Sekarang...

Islam diturunkan oleh Allah yang maha sempurna kepada nabi terakhir yang sempurna (akhlaqnya), tertulis dalam kitab yang sempurna (Al Qur’an) untuk dijadikan petunjuk dan jalan hidup sehingga bisa tercipta kehidupan yang sempurna. Itulah Islam. Hanya saja, kesempurnaan Islam tidak benar-benar bisa dirasakan akibat pengamalan ajaran Islam yang setengah-setengah. Padahal Allah sudah mewanti-wanti dalam Al Qur’an “ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam ( secara ) keseluruhan, .... .” (Q.S 2:208) Memahami Islam tidak bisa secara parsial apalagi dikotomis menghadapkan dunia dan akhirat, atau dalam istilah yang sering kita pakai, ilmu agama dan ilmu umum, karena Islam bukan hanya agama seperti yang kita pahami sementara ini, tetapi (selain agama), Islam juga adalah peradaban. Sebagaimana sebuaha peradaban, Islam juga memuat budaya, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, seni, gaya hidup dan sebagainya. Dr. Imaduddin Khalil, dalam bukunya Madkhal ila al-Hadlarah Al islam

Seize The Day/ Carpe Diem

Awalnya saya tahu frase ini dari sebuah judul lagu yang dinyanyiin Avenged Sevenfold. Karena lagunya menarik (enak di denger) sayapun mencoba memahami lirycnya. (dan ternyata nggak paham-paham... ^^) Lirik dan video klipnya menceritakan tentang seorang laki-laki (yang diperanin sama sang vokalis) yang sangat mencintai pacarnya/ istrinya yang sedang hamil. keliatan dari video klipnya, mesra-mesra gitu. Suatu saat, teman-temannya ngajak ngrampok. keliatan istrinya sempet nglarang waktu itu, tapi si laki2 maksa aja, dan pergilah Ia ngerampok, hasilnya, eh Ia tertangkap Polisi. Istrinyanya pun tahu melalui berita di TV, dan mengunjunginya hingga mereka bertengkar-tengkar gitu, mungkin kata istrinya Tuh kan, apa gue bilang juga? trus kata co-nya aku nglakuin ini buat kita?! intinya gada yang ngrasa bersalah . Saat pulang, istrinya terlihat stres dan akhirnya sampe mengalami kecelakaan dan tewas. Laki-laki yang dipenjara itu pun menyesali setelah mendengar istrinya telah tiada dan mengi

Berusaha Menjadi Lelaki Paling Seksi

---------sebagai upaya mendapatkan pacar/pendamping terbaik sesuai dengan criteria yang kita inginkan------- Perempuan shalihah yang putih, seksi dan cerdas dan menggairahkan (terlalu syur ya? aslinya sih menyenangkan) setiap dipandang, itulah kriteria perempuan idaman yang sangat saya inginkan untuk menjadi pendamping hidup saya. Tapi melihat keadaan diri, sepertinya hanya mimpi bisa mendapatkan kriteria pendamping seperti itu. Saya hanyalah lelaki biasa yang nggak putih (bahkan gelap), rambut ikal, perut gendut, tinggi cuma 163 cm-an dengan berat 55-57 kg, IQ pas-pasan, bagaimana bisa mendapatkan criteria pendamping sesempurna itu? Oya, satu lagi ketinggalan, miskin dan banyak utang. Walaupun memang ada yang bilang aku manis, tapi sampai saat ini belum ada yang bilang, aku seksi. Berkaca dari keadaan itu, saya bukannya menurunkan standart saya, tapi buat saya yang harus saya lakukan adalah, meningkatkan kualitas diri saya, menjadi seseorang yang bisa menarik, dan diperhatikan oleh pe