Pendapat Saya Tentang Hari Kasih Sayang, Sekarang...

Islam diturunkan oleh Allah yang maha sempurna kepada nabi terakhir yang sempurna (akhlaqnya), tertulis dalam kitab yang sempurna (Al Qur’an) untuk dijadikan petunjuk dan jalan hidup sehingga bisa tercipta kehidupan yang sempurna. Itulah Islam. Hanya saja, kesempurnaan Islam tidak benar-benar bisa dirasakan akibat pengamalan ajaran Islam yang setengah-setengah. Padahal Allah sudah mewanti-wanti dalam Al Qur’an

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam islam (secara) keseluruhan, .....” (Q.S 2:208)

Memahami Islam tidak bisa secara parsial apalagi dikotomis menghadapkan dunia dan akhirat, atau dalam istilah yang sering kita pakai, ilmu agama dan ilmu umum, karena Islam bukan hanya agama seperti yang kita pahami sementara ini, tetapi (selain agama), Islam juga adalah peradaban. Sebagaimana sebuaha peradaban, Islam juga memuat budaya, ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, seni, gaya hidup dan sebagainya. Dr. Imaduddin Khalil, dalam bukunya Madkhal ila al-Hadlarah Al islamiyah menyebut Islam sebagai peradaban yang komprehensif menata hidup, merambah dari akar keyakinan sampai dengan aturan praktis kehidupan sehari-hari, dan saya sefaham dengan itu.

Dalam tulisan ini saya bermaksud meluruskan kekeliruan saya dalam catatan “Pendapat Saya Tentang Hari Kasih Sayang, Dulu…”. Semoga Allah mengampuni saya dan selalu memberi petunjuk-Nya, Amin.

Sebagaimana disebutkan di atas, Islam adalah peradaban yang memuat budaya, Ilmu pengetahuan, seni dll. Oleh karena itu, berkaitan dengan perayaan Valentine, sangat tidak pantas menurut saya seorang muslim (yang punya kebudayaan sendiri), malah mengikuti/ ikut-ikut merayakan budaya yang datangnya dari luar Islam, yang kita tau keberadaan/ kedatangan budaya itu justru merongrong budaya Islam yang agung. Kenapa kita tidak merayakan dan “ngurip-ngurip” budaya kita sendiri? Kenapa kita tidak bangga dan menunjukkan pada dunia bahwa kita punya kebudayaan yang lebih baik daripada budaya-budaya mereka?!

Allah maha Rahman dan Rahim tentu saja, sehingga Islampun yang turun dari sisi-Nya jelas mengajarkan kasih sayang. Namun, apa yang diajarkan Islam sangat jauh berbeda dengan ide kasih sayang yang dibawa (budaya) non-Islam khususnya pada Valentine’s Day. Kasih sayang Islam adalah kasih sayang sebagaimana yang telah ditunjukkan oleh junjungan kita Muhammad SAW kepada kita semua.

Beberapa ajaran kasih sayang yang diajarkan Islam adalah sbb,

  1. “… Tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan, bukan dalam dosa dan permusuhan….” (Q.S. Al Maidah: 2)

  2. Dari Anas, dari Nabi saw, beliau berkata, “Tidak dianggap mukmin seseorang dari kalian bila cintanya kepada saudaranya (orang lain) tidak sama dengan cintanya kepada diri sendiri.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim, At-Turmudzi, An-Nasai, Ibn Majah dan Imam Ahmad.)

  3. Barang siapa yang (membantu) memenuhi hajat (kebutuhan) saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya.” (Muttafaq ‘alaih)

  4. Perumpamaan orang2 mukmin dalam hal kecintaan, kasih-sayang dan belas kasihan sesama mereka laksana satu tubuh, apabila sakit satu naggota dari tubuh tersebut maka akan menjalarlah rasa sakit itu pada semua anggota tubuh dengan menimbulkan tidak bisa tidur dan demam” (H.R. Muslim)

  5. dalam suatu kesempatan Rasul bersabda, “Sekali-kali kalian tidaklah berimah sebelum kalian mengasihi” “Wahai Rasulullah, kami semua adalah mengasihi.” Jawab shahabat. “Kasih sayang itu tidak terbatas pada kasih sayang diantara kalian kepada shabatnya, tetapi bersifat umum (menyeluruh) (H.R. Tabrani).

Itulah sekelumit pandangan Islam tentang kasih sayang. Walaupun sebagian, tapi bisa difahami bahwa ajaran kasih sayang Islam adalah kasih sayang yang universal, berbeda dengan ide kasih sayang Valentine’s Day..

Sejarah menunjukkan Rasulullah adalah manusia yang sangat penyayang, Islam yang dibawanya adalah agama kasih sayang, tapi Rasulullah ---dan sahabat-sahabatnya, tidak pernah merayakan Hari Kasih Sayang pada hari khusus apalagi 14 Februari. Rasulullah mengamalkan dan mengajarkan kasih sepanjang hidupnya, sepanjang hari, sedangkan hari raya-nya (perayaan) adalah Ied Fitri dan Adha. Dalam Al Qur’an Allah bilang

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S 33:21)

Lalu kenapa kita lebih memilih mengamalkan ajaran kasih sayang yang datangnya dari luar dan tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah?! Kenapa kita tidak mengikuti ajaran kasih sayang yang sudah ada dan diajarkan oleh Muhammad SAW sebagaimana dijelaskan dan diperintahkan dalam Al Qur’an tsb?! Hah?! Kenapa?! KENAPAAAA?! Ups!

Lalu apa salahnya ikut merayakan hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari itu?! Inilah yang penting.

Dalam tulisan saya sebelumnya, saya sendiri sebenarnya telah mengakui bahwa perayaan hari kasih sayang pada 14 Februari yang disebut Valentine’s Day tidak ada akarnya dalam Islam, dan kedua, berisi hal-hal negatif yang tidak sejalan dengan nilai-nilai kasih sayang yang diajarkan Islam, misal, hanya diartikan dengan kasih sayang pada lawan jenis. Sebenernya saat itu saya sudah menyadari bahwa perayaan hari kasih sayang versi Valentine’s Day dapat menjerumuskan muda-mudi Islam (muslim) pada hal-hal yang dilarang oleh Islam. Hanya saja (saat itu), maksud saya adalah berniat mereduksi nilai-nilai non Islam dari Hari Kasih sayang menjadi nilai-nilai yang sejalan/ diajarkan oleh Islam, tetapi dengan arah yang keliru. Kenapa keliru?! Karena (saat ini saya menyadari) ada perbedaan yang mendasar yang tidak bisa dipadukan ketika sebuah budaya yang memilki historis panjang dari ajaran lain akan diakulturasikan dengan budaya Islam. Tapi hal ini tidak terlalu penting dibahas disini.

Sekali lagi, Lalu apa masalahnya jika kita ikut merayakan hari kasih sayang setiap tanggal 14 Februari itu?! Kurang lebih, inilah (ma)salahnya

  1. (ma)Salah karena VD a/ hari raya umat lain, jadi kita gak punya hak untuk ikut-ikutan, karena kita punya hari raya sendiri

  2. (ma)Salah karena asal muasal, visi dan misi juga nilai-nilai dalam perayaan VD semuanya tidak sejalan dengan ajaran Islam.

  3. (ma)Salah karena merayakan VD berarti mendukung kemartiran St. Valentine karena perayaan ini memang dimaksudkan (peghormatan) untuk itu.

  4. (ma)Salah karena VD justru mereduksi nilai2 kasih sayang yang di ajarkan Islam menjadi kasih sayang yang sempit. Khususnya pergaulan bebas pada para remaja (lihat faktanya)

Solusinya, kita punya hari-hari perayaan sendiri yang malah lebih komplit dan lebih jelas, ada 2 hari raya untuk silaturrahim dan belajar berkorban, ada bulan Ramadhan bulan untuk berpuasa, belajar bertoleransi dan anjuran selalu bersedekah, ada 1 Muharram untuk “merayakan” Tahun Baru dan sebagainya. Kenapa tidak kita ramaikan dan rayakan hari-hari besar kita sendiri?!

Akhirnya saya mengajak khsusunya pada diri sendiri, dan umumnya kepada temen-temen yang saya tag dalam tulisan ini, untuk menghidupkan kembali budaya2 kita yang mulai pupus dan ditinggalkan karena derasnya serangan budaya Asing dari luar Islam. Kita hidupkan kembali budaya mengucapkan salam kepada saudara-saudara kita sesama muslim, kenal atau tidak, kita hidupkan kembali budaya tadarus Al Qur’an baik sendiri maupun bersama-sama, kita ramaikan acara Hari Raya dengan silaturahmi, memberi santunan, kita peringati Hari Lahir Nabi, Hari Isra’ Mi’raj (walaupun masih ada perdebatan, tapi menurut saya baik) untuk mengingat kembali perjuangan nabi, lebih mengenal sosok Nabi dan kemudian bisa meneladaninya. Subhanallah, alangkah indahnya Islam jika itu semua bisa kita ramaikan dan kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita bangga menjadi seorang muslim dengan ajaran yang sempurna, dengan budaya yang lengkap. Tentu dimulai dari diri kita sendiri dan dari sekarang.

Bismillah, mari…


Malang, 10 Februari 2010

Umar yang terus belajar…






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

“Misteri HP mati di Panderman”