Misteri Hantu Pendaki Gunung

Ketika aku masih tinggal di Malang, Jawa Timur dan suka mendaki gunung-gunung yang ada disana, aku pernah mendengar tentang salah satu kisah Hantu Pendaki di salah satu gunung disana (saya tdk bisa menyebutkan nama gunungnya). Gunung ini cukup terkenal dikalangan pendaki lokal jawa timur khususnya, aku sendiri pernah mengalami pengalaman mendaki gunung tersebut sebagai berikut..

Dingin, aku merapatkan jaketku. Entah sudah berapa lama aku menunggu di POS III ini, berharap ada rombongan yang mendaki dan aku bisa ikut serta. Aku adalah pendaki solo, karena tak punya teman yang bisa aku ajak mendaki, jadilah aku menaiki beberapa gunung seorang diri, beberapa gunung berhasil kucapai puncaknya, tapi beberapa lagi nggak. Termasuk gunung yang aku daki sekarang ini, seingatku, sudah 4 kali aku mendaki gunung ini tapi belum pernah mencapai puncak, terakhir karena cuaca kurang bagus aku nekat ninggalin ransel di POS III dan melanjutkan dengan membawa perlengkapan secukupnya agar lebih ringan, tapi sampai POS V hanya tinggal satu pos lagi aku harus berhenti karena keadaan benar2 tak memungkinkan.

Kulihat jam di tanganku sudah menunjukkan pukul 12 malam. Sudah hampir dua jam aku menunggu di sini, bener-bener mengesalkan juga, tak satupun rombongan yang lewat. Padahal biasanya ramai, mana sendirian pula, jadi agak-agak merinding. Tapi aku sabar saja, melanjutkan ke Pos selanjutnya seorang diri di malam seperti ini kurang baik juga.

Akhirnya dari arah bawah kulihat sorotan lampu senter, aku tenang. Sepertinya beberapa menit lagi mereka akan sampai di POS III dan aku bisa ikut gabung bersama mereka sampai puncak nanti.

"Rombongan dari mana mas?" sapaku saat mereka sudah sampai dan langsung duduk di pos III ini. Assem! aku di cuekin, tak ada satupun yang menyahut sapaanku. Kucoba menyapa salah satu yg bersandar disebelahnya, sama, iapun tak menyahut. Ahh,, kenapa para pendaki jaman sekarang pada tak ramah begini?! Kulihat ekspresi mereka dingin, tak mempedulikanku seakan tak melihatku, tak saling sapa satu sama lain, aku ambil positif thinking aja mungkin karena capek dan lelah. Malam yang pekat dan hanya sedikit penerangan bulan membuatku tak bias begitu melihat wajah mereka. Mereka terlihat meluruskan kaki sebentar kemudian langsung bangkit lagi.

"Mau langsung summit Mas-mas, aku boleh gabung?" kataku mencoba menyapa mereka lagi. Lagi-lagi tak ada satupun yang menoleh. Bulu kudukku langsung merinding, teringat cerita hantu pendaki yang kudengar beberapa waktu lalu. Tapi panik disaat seperti ini tak da gunanya, aku langsung mencoba baca doa-doa pengusir hantu, damn! Knp jadi lupa semua?!

Beberapa langkah meninggalkan POS III ini, salah satu diantara mereka berhenti, dan menoleh kebelakang sebentar, melihat kearahaku, aku sumringah, sepertinya memberi tanda bahwa aku boleh ikut. Senang juga, langsung kubuang jauh-jauh tentang cerita hantu itu.

Sepertinya mereka para pendaki professional, aku jadi selalu dibuat tertinggal di belakang. Untungnya salah satu dari mereka selalu menoleh ke belakang seakan ingin memastikan aku tak tertinggal terlalu jauh.

Singkat cerita, POS IV sudah kami lewati tanpa istirahat, sepertinya mereka ingin mengejar waktu supaya bisa summit saat matahari terbit. Aku ngikutin saja walau aslinya sudah sangat ngos-ngosan. Kemudian sampailah kami disebuah persimpangan / belokan yang aku ingat betul harus ambil jalur mana karena sudah 4 kali kesini (walaupun belum sempat nyampe puncak, hee). Tanpa di duga, mereka ambil jalur yang salah, mereka ambil kiri yang mestinya kekanan. Aku bermaksud ngasih tau tapi masih tertinggal agak jauh dibelakang. 

"Bos! Whoi! Ambil kanan bos! Jangan kiri!" Teriakku, tapi mereka seakan tak mendengar dan tak peduli terus saja melanjutkan perjalannya tanpa menoleh sedikitpun. Persetan! Biar saja mereka tersesat, toh sudah aku peringatkan! Aku putuskan untuk ambil jalur kanan dan melanjutkan saja ke POS V sendiri, sudah cukup dekat, Shubuh bisa disana dan bisa summit setelah shalat nanti. Kupikir kalo mereka sadar jalur mereka salah pasti akan balik lagi. Tapi belum jadi aku melangkah, salah satu diantara mereka yang memang dari tadi hanya dia yg seakan mempedulikanku kembali menoleh kearahku, dan mengingatkan teman2nya,

Sek! Sek! sepertinya kita salah jalur rek!” mereka berhenti, dan membuka peta juga kompas, menerangi dengan head lamp, akhirnya mereka kembali kearahku, aku lega dan kampipun melanjutkan perjalanan ke POS V. Aku masih agak merinding juga sebenarnya karena dari tadi mereka tak saling sapa, begitu juga menyapaku. Tapi lagi-lagi aku coba buang pikiran yang nggak2 tersebut.

Benar saja tak berapa lama kami sampai, kami langsung duduk meluruskan kaki kembali sebelum membangun tenda. Cahaya remang rembulan terlihat indah dianatara ranting dan dedaunan. Kulihat jam tangan sudah hampir pukul 4 pagi ternyata. Kubuka permen jahe untuk menghangatkan tubuh, kuhembuskan nafas dari mulutku membuang dingin, tiba-tiba salah satu diantara mereka tengok-tengok,
Rek, kok ambu melati ngene sih?! Ambu pisan!” Salah satu temannya seperti terkejut, kemudian bilang,

Jujur yo, sebenernya dari pos III tadi aku ngerasa ada yang ngikutin kita, makanya aku sering noleh kebelakang. Dan pas kita tadi hampir tersesat di belokan yang kita ambil kiri, aku ngerasa ada yang manggil-manggil kalo kita salah jalur.
Assem! Jangan bercanda man!!” mereka berempat langsung merapat ke pendaki yang dari tadi menoleh ke arahku terus tersebut sambil seperti ketakutan.

"Tapi gak papa, kalo bau melati gini katanya artinya kita harus berterimakasih. Beberapa tahun lalu aku denger ada pendaki solo yang hilang dan sampe sekarang belum ditemukan, cuma ranselnya aja yang ditemukan di POS III tadi."

Aku termangu, fajar mulai terlihat muncul diufuk timur...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

TaHuRa Juanda a.k.a Dago Pakar a.k.a Goa Jepang dan Goa Belanda