Arti Hadirmu

Memiliki banyak sahabat itu menyenangkan, sahabat adalah tempat terbaik untuk berbagi setelah keluarga, entah untuk kebahagiaan atau berbagi kesedihan. Bersama merekalah kita tumbuh, merangkai cerita, berbagi tangis dan tawa hingga akhirnya kita mengerti dunia, menjadi dewasa

Namun adakalanya waktu yang tak pernah berhenti berjalan memisahkan kebersamaan, masing-masing kita melanjutkan hidup yang berbeda, di tempat yang berbeda, dengan orang-orang yang berbeda, hingga akhirnya semuanyapun berbeda. Tapi tahukah sahabat, perpisahan, jarak dan waktu hakikatnya tak pernah bisa melunturkan apalagi menghilangkan arti yang sudah ada.

Mari kita lihat diri kita saat ini, pribadi yang kita miliki saat ini bukanlah hasil dari usaha kita sendiri, tapi disana ada lingkungan, lingkungan itu adalah keluarga dan sahabat-sahabat kita, maka jika di ibaratkan siapa yang punya hak atas diri kita, maka disana ada kita, keluarga dan sahabat. Kita menjadi kita [manusia, pribadi] yang utuh karena 2 kompnen itu, diri sendiri dan lingkungan [keluarga dan sahabat].

Ahad 04-02-2012 kemarin saya menghadiri pernikahan salah seorang sahabat, Uswatun Hasanah, di desa Wanakaya Cirebon.

“Ah, desa apa pula itu” batinku, saat ada sebuah SMS undangan dari Uus untuk pernikahannya. Saya menyesal kenapa pas SMA dulu nggak nyambi jadi kondektur, supaya bisa tau wilayah-wilayah di Cirebon.

Awalnya ada keraguan bisa dateng nggak karena selain jauh [Jatiwangi – Wanakaya Bo?] juga bener-bener nggak apal daerahnya, tapi atas berkat rahmat Allah yang maha kuasa, dan dengan di dorong oleh keinginan yang luhur, maka saya putuskan untuk “Insya Allah” hadir, sekalian silaturhami sama teman-teman lama pikirku.

Langkah pertama adalah dengan update di MAMO Chat, Ajiiibbb….gak ada respon, Assem‼ Aku jadi makin gundah gulana, hingga akhirnya muncul koment dari Haris [Den Yahya] merespon kegalauan saya, maka janjianlah aku dan dia untuk berangkat bareng.

Tapi untung tak dapat diraih, sial tak dapat ditolak, kita memang hanya bisa berencana sementara tetap Tuhan jualah yang menentukan. Saat saya sampai di Ciwaringin, Haris sudah berada di Gunung Jati dalam rangka Ziaroh sama anak-anak madrasahnya dari pagi [hfh….]. Galau kuadrat, itulah yang terjadi.

Tapi Layar sudah di bentangkan, kompor sudah dinyalakan, pantang bagiku untuk mundur kembali setelah perjalanan sudah dimulai. Untunglah pengalamanku sebagai Traveller selalu mengajarkanku surveylah terlebih dahulu tempat-tempat yang akan kau kunjungi agar kau bisa survive disana. Akupun sudah survey tentang lokasi pernikahan Uus dan Adi itu, walaupun hanya melalui internet. Pertama aku lihat lokasi di Google Maps [kau sungguh membantu], dari situ aku dapet gambaran lokasi desa wanakaya, kemudian akupun mencari info lain selengkap-lengkapnya, suku apa saja yang ada di wanakaya, bahasa yang digunakan, tentang adat budayanya, kulinernya, dan lain sebagainya.

Singkat cerita, sekitar jam 10an aku sampai jg di blok grogol gg kembar desa wanakaya, si rumah hajat, setelah menjemput haris di Gn. Jati dan 2 kali kesasar tentu saja, namun sayang karena kami terburu dan Uus lagi keramas, eh ganti baju maksudnya buat poto-poto, kami nggak sempet ketemu dia.

Sahabat, itulah kisah petualangan saya dan Sherina [jiah].

Akupun jadi ingat sekitar 8 bulan yang lalu, waktu itu tanggal 1 juni 2011, di hari pernikahan saya, dengan diantarkan 10 mobil rombongan, tetapi entah kenapa saya masih merasa kurang sempurna. Akad dilaksanakan, makan-makan, poto-poto dilakukan, tapi aku masih tetap merasa ada yang kurang. Akhirnya aku sadar, itu karena ketidak hadiran sahabat-sahabatku.

Padahal, aku ingiiiin sekali di hari bahagiaku ada mereka disampingku, karena selain ingin berbagi kebahagiaan, akupun sudah begitu merindukan mereka. Tapi sampai siang, sore dan malam berlalu, nihil. Hanya ada dua sahabatku Nurfitriatuzzuhro [dan suami] dan Tuti Unani yang hadir saat itu. Cukup menghibur. Aku kecewa juga, padahal “pemberitahuan” sudah aku sebarkan, walaupun memangr aku tak bisa memberikan undangan secara langsung karena waktu itu posisiku di Surabaya, dan aku hanya bisa pulang H-2 pernikahan. Tapi aku sadar, mungkin aku tak begitu berarti bagi mereka. [hiks... hiks...]

Terima kasih untuk Nurfitriatuzzzuhro dan Tuti Unani, 2-2-nya sahabat saya yang hadir saat itu, semoga ikatan kita akan tetap ada sampai menua, sampai disurga. [HALAH, NGAPAIN JADI CURHAT???].

Maka sejak saat itulah, aku berjanji akan berusaha sebisa mungkin, untuk hadir dalam prnikahan sahabat-sahabatku, karena aku tau dan pernah merasakan, bahawa diabaiakan oleh sahabat-sahabat yang di undang itu menyakitkan, menyakikan sebagaimana sakitnya tak dihargai.

Akhir kata, untuk sahabatku sekalian, usahakan hadirlah, hadirlah dan hadirlah sebisa mungkin di penikahan sahabatmu, walaupun tak tau alamatnya, tak tau suaminya, tak tau naibnya, tak tau warna cat rumahnya, saat ia mengundangmu, maka Ia benar-benar mengharapkan arti hadirmu….


Jatiwangi, 05 Februari 2012

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

“Misteri HP mati di Panderman”