Maicih Untuk Istriku


Ada dua jenis orang yang permintaannya mesti diturutin, balita, dan perempuan ngidam. Yang namanya balita, kalo udah punya keinginan kayaknya rata-rata pengennya mesti diturutin. Walaupuun harus guling-guling, tereka-tereak, banting piring atau lemari, bahkan baker motor atau kantor bupati [eh, itu balita apa satpol PP?]. Begitu juga dengan perempuan ngidam, segala bentuk tipu-rayu akan dilancarkan, gak mempan di rayu pake ancam-ancam segala,

“ini demi anakmu loh mas, tega banget sih permintaan anaknya gak diturutin?”

“ntar kalo anaknya suka ngeces/ileran gimana? Ntar kalo anaknya lahir premature gimana?” [mmm… ada gak sih hubungan ngidam sama lahir premature??], dan lain sebagainya, dan inilah yang kuhadapi akhir-akhir ini, dalam masa ngidam istriku yang jabang bayinya berumur 3 bulan.

“Bi, beliin maicih dong?” tiba-tiba pinta istriku. OMG, ini ngidam apa kesurupan?

“Yang, sadar yang| sadar|” kataku sambil menggoyang-goyang pundaknya dengan cemas.

“Ih, apaan sih? Orang anaknya pengen maicih di sadar-sadarin?|”

“Ohhh… si jabang bayi mau maicih?|”

“Iya, kemaren baca-baca di internet, terus gak tau jadi kepengan banget. Beliin yah?” Hffhh…. Aku pernah denger orang ngidam pengen makan bakso, pengen makan jus alpukat, pengen makan cumi-cumi dll, bahkan istriku memang suka tiba-tiba pengen rujak buah dan aku harus pulang pergi Jatiwangi – Rentang [5 km-an] hanya untuk beli rujak 3 ribu, tapi maicih?| jabang bayi minta maicih? Apakah itu mungkin? Tapi aku emang dasarnya susah nolak permintaan orang lain, apalagi istriku, walalupun akal sehatku menolak mentah-mentah bahwa itu permintaan si jabang bayi :p

“belinya dimana? Jendral yang paling deket di bandung.” Kataku, kebetulan aku mengikuti @infomaicih di twitter-ku.

“ya ke bandung|” jawabnya enteng tak berdosa. Busyet dah.

“ntar deh, coba cari jendral yang terima delivery.” Jawabku manyun.

“iiiii.. manyun, jelek tau….” Sindir istriku sambil meluk aku dari samping trs narik-narikin bibirku.

“ihh,, apaan sih?” aku menghindar.

“sini sini biar gak manyun lagi.” Istriku menarik-narik kepalaku sambil menggeser posisinya dan ********tiiiiiittttttt******* sensor.

-oOo-

Sudah 2 hari sejak permintaannya yang pertama, belum bisa kuturti juga. Jendral yang trim delivery gak bales tweetku,

“di SMS aja coba bi.” Pinta istriku.

“yaudah coba cari lagi,” akupun membuka tweeterku dan nelusurin update dari info maicih.

“Eh, di cirebon ada jendral.” Seruku.

“Mana-mana???” Tanya istriku penasaran dan sumringah.

“YAUDAH CEPET BERANGKAT|” katanya kemudian.

“Eh???” Aku kaget.

“Pengen sih pengen, tapi jangan kayak gitu dong ah| mintanya” Jawabku sewot. Aku tatap langsung matanya.

Hening.

“Hehehee… nggak koq sayang, bercanda,,, bercanda,,,,hehehe…” kata istriku sambil senyum-senyum, trus megangin pundakku, tak lupa mijit-mijit.

“Selama ini kan abi slalu nurutin permintaan kamu. Tapi jangan kayak merintah gitu, itu gak sopan. Abi tersinggung. Belum juga abi mandi”

“Iya sayang, kan bukan umi yang minta. Ini nih si jabang bayi.Hehe…” Katanya pelan, masih sambil terus mijit-mijit. manja.

“Huh|” jawabku masih kesel.

“Yaudaaahh…nggak papa nggak sekarang, kapan-kapan aja” katanya kemudian pelan.

“Sekarang Abi mandi aja dulu, trus ke Cirebon, beli maicih. Yah?”

“……..”

-oOo-

Akhirnya setelah mandi dan shalat dzuhur siang itu aku langsung berangkat ke Cirebon, mencari SMAN 2 lokasi si jendral @geetet jualan, setelah aku SMS langsung ybs. Langit mendung waktu itu, Istriku melepasku dengan senyuman dan tak lupa cipika-cipikinya.

Singkat cerita, sampe palimanan tiba-tiba rintik datang, aku terus tancap gas tanpa memakai jas hujank, tapi sampai plumbon hujan makin deras, aku berhenti untuk memakai mantel dan lansgung tancap gas lagi. Hujan kuterjang, angkot kusalip, truk, tukang becak, tukang tambal ban, tukang somai ku salip, sampai entah jam berapa, aku sampai juga di perempatan Grage, tinggal belok kanan dikit trus muter, nyampe deh SMAN 2.

Saat itu lampu merah jadi aku berhenti, eh tiba-tiba motorku mati, aku starter gak jalan-jalan, aku jedud-jedud tetep gak jalan, Oh Tuhan ujian apa lagi ini??? Aku tepikan motorku, ternyata sesuai dugaan, bensinku kosong.

Akupun menuntun motorku ke kiri mnyusuri jalan, ke kiri, karena ke kanan masih lampu merah. Berharap segera menemukan penjual bensin, aku malah menemukan anak-anak SMA yang pas keluar sambil menunggu angkot menatapiku penuh kasihan, seorang laki-laki gendut menuntun motor jadul sambil menggunakan helm dan jas hujan padahal hujan sudah berhenti dari tadi.

5 menit berlalu, 100 meter terlampaui, belum juga kutemukan. 10 menit berlalu, 200 meter terlampaui belum juga kutemukan. Ouh,,, aku lelah dan gerah, kuputuskan untuk istirahat sebentar, tapi tiba-tiba terbayang wajah istriku sedang menangis sambil ngiler ngliatin bungkus maicih, akupun langsung bangkit dan menuntun lagi sepeda motorku, lagi dan lagi.

Huuuhhh…. Akhirnya kutemukan juga. Setelah ku isi 2 liter dan motor berhasil kunyalakan, dan aku putar arah, dan nyalip angkot, dan melewati lampu merah, dan melewati grage, dan balik kanan lagi, dan sampe SMA 2, dan melihat Honda Jazz warna merah, dan bertuliskan MAICIH, dan aku beli, dan aku naik motor lagi, dan eh iya lupa bayar dulu, dan langsung kutancapkan gas lagi untuk kembali ke Jatiwangi Majalengka tanpa istirahat, tanpa berhenti, karena aku ingin segera mempersembahkan maicih ini untuk istriku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

“Misteri HP mati di Panderman”