Di Ciwidey, Nitip Helm "bonus" Masker

Akhir pekan yang biasanya saya habiskan sama istri n Ayin di Cirebon, kali ini saya standby di Bandung. Jauh-jauh hari saya minta istri izin di sekolah tempatnya ngajar untuk berkunjung ke Bandung karena awal November saya tdk pulang untuk satu kegiatan. Walaupun Acara saya di undur jadi 7 Desember, tp karena sudah kadung izin, Jum’at 1 November jadilah Ayin n Ibu dianter mertua dan uwa’ berkunjung ke Bandung.

Pagi Hari pertama di Bandung, saya mengajak Ayin dan ibu ke kantor tempat saya bekerja, sambil sekedar jalan mengelilingi kota Bandung. Sebelum ke kantor kami sempatkan mampir terlebih dahulu ke pasar baru, tempat ini memang sudah saya rencakanan untuk dikunjungi jika istri berkunjung ke Bandung.  Setelah capek keliling (tanpa belanja :D ), saya ajak istri ke lantai 5, bertemu salah satu pemilik toko yang juga merupakan donatUr loyal DompetDhuafa/WakafPro (tempat saya kerja), pemilik Vamosh (Morish collection).

Hari kedua, bertepatan hari Minggu,  saya mengajak ayin n Istri piknik beneran. Karena kebetulan kami bermalam di Soreang, so tempat wisata yang bagus dan cukup dekat adalah Kawah Putih Ciwidey. Destinasi ini juga merupakan destinasi impian istri jauh-jauh hari sebelum saya bekerja dan tinggal di Bandung, ke Ciwidey seakan adalah jawaban impian pikniknya :D

Dengan bekal catper yang saya baca-baca di blog/ detik travel, kami menuju lokasi Alhamdulillah tanpa nyasar, dari rumah tempat saya nginep (Soreang) memakan waktu kurang lebih 1,5 jam perjalanan sedang-sedang saja, nggak cepet-cepet dan juga nggak macet. Berbeda saat pulang sekitar pukul 11, jalan pulang dan masuk (baru pada naik) cukup sangat macet, bus-bus, mobil maupun motor terlihat berbaris panjan dan menghambat perjalanan (sangat merayap). Oya saya sempat bertemu rombongan dr Cirebon saat baru datang dan memasuki gerbang, anak muda dengan beberapa motor, mereka dengan bangga bilang langsung dr Cirebon, berangkat bakda Shubuh. Luarrr biasa!

Cerita kemudian berlanjut saat saya memarkir motor, ada penitipan helm disamping lahan parkir. Saya lihat sekeliling, taka da satupun helm yang ditaruh di motor, akhirnya saya ikut tipikan saja helm saya. Tanpa banyak cingcau, kami sodorkan 2 helm (Saya dan istri), dan petugas titip helm membalas dengan menyodorkan satu tiket titip helm dan 2 masker,
“Heuuhhh!!! Padahal udah bawa masker dari rumah” dlm hati. Mereka tak bilang apa-apa, langsung saja menyerahkan tiket penitipan itu nempel dengan 2 masker seakan memaksa kami sekaligus membelinya juga, akhirnya dengan terpaksa saya ambil dan mereka bilang
“10ribu pak!”
Lalu kami lanjutkan menuju tiket masuk yang (wooow) ternyata kami berdua dikenakan Rp. 61.000,- dengan rincian tiket masuk @ 15.000, ontang-anting (angkutan) @ 13.000 dan parkir motor 5.000. Biaya tersebut sudah saya perkirakan dari blog yang saya baca, hanya ontang-anting yang ternyata naik 3.000.

Ontang-anting adalah semacam angkot tanpa jendela yang mana seluruh pengunjung wajib menggunakan angkutan tersebut dari pintu gerbang ke lokasi Kawah Putih, kami duduk di tengah dan Ayin tampak sumringah sambil ngajak ngobrol penumpang yang di depannya. Perjalanan berkelok-kelok dahsyat sambil menikmati pemandangan hutan (menikmati apaan?) dari gerbang sampai lokasi Kawah memakan waktu 10 - 15 menitan kayaknya. Dan,, sampailah kami di lokasi yang ternyata memang indah, menawan dan eksotis. Hanya saja sayang duaribu sayang, dua kamera yang kami bawa entah kenapa tidak berfungsi, terpaksa Kami foto-foto seadanya dengan hp Samsung C322 1,3 MP yang sudah berusia 5 tahun, sangat tidak puas.

Kami berada dilokasi Kawah hanya sekitar 20 menitan dan tidak sampai benar-benar turun ke bawah mengingat Arin yang dikhawatirkan tidak baik jika menghirup bau belerang terlalu dekat/lama. Suhu di lokasi kawahpun cukup dingin walau sinar matahari terlihat terang dan terasa cukup panas. Kami sampai sekitar pukul 10 dan kembali pukul 11an. Lokasi masih cukup sepi, terlihat beberapa wisatawan bule yang kalo say abaca, mereka bukan semata-mata ingin menikmati suguhan keindahan alamnya, tapi juga semacam nostalgia nenek moyangnya yang pernah berkuasa di situ, di lokasi kawan putih ini ada goa bekas tambang belerang jaman belanda dan jepang, katanya.

Inilah klimaksnya, setelah cukup puas (puas nggak puas sih) menikmati kawah putih dan main-main sama Ayin, kami kembali diantarkan ontang-anting untuk turun kembali ke gerbang depan, dan menuju lokasi poenitipan helm untuk mengambil helm lalu pulang. Saat saya mengambil helm dan menyerahkan tiket penitipan, tiba-tiba tukang titip helm bilang
“5 ribu pak. 2 helm!” Sontak kami kaget, tapi udh jelas arahnya.
“lho,kan udah a, di awal tadi 10.000?! buat apa?!” kata kami agak jengkel
“itu buat masker aja a”
“Jancuk!” (dalam Hati, sangat jengkel. Tapi aku lagi males berantem,  sambil istri ngomel saya keluarkan uang 5.000 dengan sangat tidak ikhlas.
Saat menyerahkan masker beserta tiket penitipan helm mereka nggak ngomong apa-apa seakan dengan sengaja ingin “menjebak” para penitip helm. Yang kami serahkan adalah helm untuk dititpin jadi tentu saat kami diminta uang normal pikiran saya mengira untuk bayar titip helm, tapi yang terjadi, saya serahkan helm mereka malah nyerahin masker untuk dibayar 10ribu, biaya titip helmnya ditagih kemudian. Soak bukan??! Tidak ada akad sama sekali dalam jaul-beli masker.

Bukan masalah 5ribunya sebenrnya, tp ketidakjujurannya. Ini jelas tidak sah = menipu karena syarat sah jual beli adalah adanya akad, sementara dlm penjualan masker ini seakan sengaja diselubungkan dalam ketidaksadaran pembeli. Saya yakin hal itu juga dirasakan oleh pengunjung lain yang menggunakan motor.

Dipikir-pikir tukang titip helm dan penjual masker di area tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan pihak pengelola KPC, toh, lahan dan biaya parkir sudah disatukan dengan tiket masuk, sehingga tdk ada lagi biaya lainnya. Pentitipan helm jelas diluar pengelolaan lokasi, tp bisa dimaklumi sebagai tambahan penghasilan warga jika saja tidak disertai penjualan masker dan mereka bekerjasama menjebak pengunjung. Toh masih banyak cara-cara beradab dalam menjual sebuah produk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

TaHuRa Juanda a.k.a Dago Pakar a.k.a Goa Jepang dan Goa Belanda