Rahma 1

”Sesorang kadang baru bisa ngerti betapa berartinya sesuatu, justru setelah sesuatu itu sudah nggak ada”.

Dan aku baru mengerti, betapa aku bener-bener mengharapkan dia, justru setelah dia memilih orang lain untuk menjadi orang yang menjadi temannya bercerita, orang yang menjadi sandaran bagi kelelahannya, orang yang menjadi hiburan bagi kesedihannya, orang yang beruntung menerima cubitannya, mendengar suara merdunya, bernyanyi bersamanya, orang yang menjadi teman, untuk menjalani hari-harinya, hidupnya, dan itu bukan aku.


Dia pergi sebelum aku bertemu dengannya, dia pergi sebelum aku melihat wajahnya, dia pergi sebelum aku bacakan puisi untuknya, dia pergi sebelum kunyanyikan lagu untuknya, dia pergi... saat aku merasa begitu dekat, tapi memang tidak pernah berkata apa-apa!

Kepergiannya lebih menyakitkan daripada saat aku ditinggal Puspa, marmut yang telah aku pelihara 2 tahun, juga lebih menyedihkan daripada ditinggal Sri, sepupu saya teman sepermainan yang pergi keArab jadi TKW... sungguh lebih menyedihkan!

Hanya ini, yang bisa aku tulis sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan aku, dibaca sambil dengerin lagu ”suara (ku berharap)-nya Hijau Daun”

>"Rahma Yang Telah Hilang"

Setialah bila harus setia
Karena gerimis disini sudah berhenti dari tadi
Meninggalkan keheningan yang begitu indah untuk ditangisi

Setialah karena harus setia
Karena malam ini disini sudah benar-benar tak berarti
Bulan dan bintang sudah dikubur dan takpernah diharapkan kembali
Sampai jika besok matahari bisa kupadamkan & malam menjadi lebih panjang...

Setialah hanya untuk setia
Seperti ombak kepda laut
Seperti embun pada daun-daun
Seperti awan pada hujan
Seperti aku, yang tak mungkin berhenti meyakini mimpi-mimpiku


Rabu, 00:40. 26 Nopember 2008



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seize The Day/ Carpe Diem

"Bahasa Inggris: Pasif!"

“Misteri HP mati di Panderman”